Selasa, 02 Oktober 2012
Setiap Orang Ingin Memberi
Seorang pastor bercerita dalam khotbahnya tentang pengalamannya ketika bertugas di Italia beberapa tahun yang silam.
Pada suatu ketika ia mengunjungi sebuah keluarga Italia yang miskin. Keluarga tersebut bercerita tentang keluh kesahnya pada pastor tersebut. Sebagai soerang pastor non Italia yang kurang banyak mengerti bahasa Italia, pastor itu hanya mendengar saja segala keluh kesah para anggota keluarga tersebut. Setelah mereka menyampaikan keluh-kesahnya pada pastor, pastor pun mengajak mereka berdoa.
Setelah berdoa, salah seorang anggota keluarga itu mengambil selembar uang 5Euro dari balik bantal yang ada di atas tempat tidur lalu menyerahkannya kepada pastor tersebut.
Pastor tersebut sejenak heran dan berpikir "Mengapa mereka memberikan uang kepada soerang pastor padahal hidup mereka sendiri serba kekurangan?"
Namun Pastor itu menerima saja uang 5Euro tersebut.
Keluarga tersebut sangat gembira karena Pastor tersebut menerima lembaran 5Euro itu. Mereka gembira karena mereka bisa memberi walaupun mereka kekurangan.
Hidup mereka yang miskin tersebut telah membuat mereka selama ini hanya bisa menerima bantuan dari dinas sosial setempat. Mereka merasa tidak punya harga diri ketika mereka hanya bisa dibantu terus-menerus tanpa bisa memberi. Maka ketika mereka bisa memberi, mereka sangat bahagia.
Ternyata setiap orang rindu untuk bisa memberi walaupun hidup mereka kekurangan sekalipun. Dan pemberian dari orang-orang sederhana ternyata lebih berkesan karena mereka memberi dari kekurangan mereka dengan hati yang ikhlas.
Mari saling memberi.... Mari saling berbagi... Membagi hati... Membagi jiwa... Membagi doa... Membagi apa yang kita punya.
Semoga...
Salam dan doaku,
Christy Tarigan
PS: Renungan ini adalah cungkilan dari khotbah misa seorang pastor di Rumah Suster2 FCJ Baciro, Jogja, Senin 1 Oktober 2012 (Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus)
Minggu, 30 September 2012
Jangan Hanya Melihat Dengan Mata
Dua malaikat yang sedang melakukan
perjalanan ke luar kota ,
singgah pada rumah seorang yang kaya raya. Keluarga tersebut kasar dan tidak
mengijinkan kedua malaikat tersebut tidur di dalam rumah besar mereka. Sebagai
gantinya, mereka menyuruh kedua malaikat tersebut tinggal di gudang bawah tanah
mereka yang dingin, kotor, tanpa pemanas. Ketika sedang menyiapkan tempat tidur
mereka, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding, dan lalu
memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya, malaikat yang tua itu
menjawab: "Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya."
Malam berikutnya, kedua malaikat
tersebut menginap di sebuah keluarga petani yang miskin, tetapi sangat ramah.
Setelah berbagi makanan yang serba sedikit, pasangan petani tersebut
mempersilahkan kedua malaikat tersebut tidur di tempat tidur mereka, sedangkan
mereka sendiri tidur di lantai.
Ketika matahari muncul di ufuk timur
keesokan paginya, mereka menemukan pasangan petani tersebut sedang menangis
sedih. Ternyata, sapi yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka,
yang memberikan susu setiap pagi, tergeletak mati di pinggir ladang mereka.
Malaikat muda menjadi marah dan mencaci maki malaikat tua, katanya:
"Mengapa engkau tega melakukan semua ini kepada mereka? Mengapa engkau
membiarkan semua ini terjadi? Kemarin kita mendapat kesempatan untuk menginap
di rumah seorang kaya raya. Kita dibiarkan tidur di gudang yang kotor dan
dingin, tetapi kamu masih membantu mereka dengan memperbaiki dindingnya yang
bolong. Malam ini kita menginap di rumah seorang petani miskin yang begitu
ramah dan mau berbagi, tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu biarkan sapi yang
merupakan satu-satunya sumber hidup, mati. Maumu apa, sih? "
Malaikat tua menjawab singkat:
"Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya." Ketika malaikat muda
mendesak untuk menjelaskan, malaikat tua berkata: "Waktu kita menginap di
tempat orang kaya kemarin, aku melihat sebuah lubang di dinding. Di dalamnya
ada kepingan emas. Tetapi karena orang kaya tersebut sangat tamak, tidak mau
berbagi, dan tidak bisa ramah kepada orang lain, maka dinding tersebut kututup.
Biar mereka tidak tahu dan tidak dapat mengambil emas tersebut. Lalu malam ini,
ketika kita tidur di ranjang Pak Tani, dan mereka mengalah tidur di lantai,
malaikat maut datang hendak mengambil isteri petani itu. Tetapi aku belokkan
dan sebagai gantinya, malaikat maut itu mengambil sapi Pak Tani.
Tidak semua hal itu seperti bagaimana tampaknya.
Terkadang kejadian di sekitar kita juga begitu. Jika kamu memiliki iman, kamu
harus percaya bahwa semua hal merupakan keberuntunganmu, meskipun mungkin kita
tidak menyadarinya. Orang yang datang dan pergi begitu saja dalam kehidupan
kita, ada yang menjadi teman, dan ada pula yang tinggal hanya sekejap, tetapi
meninggalkan kenangan manis dalam kehidupan dan hati kita. Dan kita tidak
pernah menjadi sama, karena kita telah berteman dengan banyak orang" Dan
apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya
Kisah Pengaduk Besi dan Garam
Seorang pemulung berjalan-jalan ditengah tumpukan sampah. di tengah-tengah sampah tersebut ia menemukan sebuah pengaduk besi yang sudah tua dan berkarat. Sang pemulung kemudian memungut pengaduk besi tersebut dan kemudian meletakkannya di dalam tasnya. Kemudian ia pun berjalan lagi dan di dekat tempat ia menemukan pengaduk besi tadi, ia menemukan sebongkah garam dapur yang sudah sangat kotor. Garam tersebut kemudian ia pungut dan ia masukkan ke dalam tasnya juga. Di dalam tas si pemulung tersebut, Garam dan pengaduk besi menjadi akrab. Mereka saling mengenal dan mengasihi satu sama lain, saling berbagi rasa, dan saling sharring tentang perjalanan mereka selama ini.
Sesampainya di rumah, si pemulung mengamplas pengaduk besi yang ia temukan tadi sehingga mengkilap kemudian melumurinya dengan minyak dan meletakkannya di tempat perkakasnya. Sedangkan bongkahan garam dapur yang ia temukan ia bersihkan dari kotoran2 yang menempel padanya kemudian mencucinya sebentar dan meletakkannya di tempat bumbu dapur.
Pengaduk besi dan garam dapur sangat bersedih hati. Mereka yang sudah akrab merasa dipisahkan oleh si pemulung. Mereka menganggap si pemulung kejam karena telah memisahkan mereka. Dan mereka pun sepakat akan protes kepada si pemulung.
Akhirnya si pemulung mendengar protes kedua benda tersebut. Besi berkata “Tuanku, mengapa engkau memisahkan aku dari garam dapur. Ia sahabat sejatiku.” Garam dapur pun protes serupa : “Tidakkah sangat kejam tuan. Aku menyayangi pengaduk besi sahabatku. mengapa engkau memisahkan kami.”
Si pemulung menjawab mereka : “Hei pengaduk besi dan garam dapur. Tidak tahukah kalian bahwa jika kalian bersatu terlalu lama akan merusakkan satu sama lain. Tidak Tahukah kalian bahwa Garam dapur akan larut oleh uap air dan membentuk air garam. Air garam dapat bereaksi dengan besi dan menimbulkan karat kemudian karat itu akan mengotori kalian semuanya. Aku akan menyatukan kalian lagi saat aku memasak, kemudian aku akan membersihkan kalian lagi.”
Renungan:
Kisah garam dapur dan pengaduk besi ini adalah kisah perumpamaan tentang kehidupan kita sehari2. Mungkin kita merasa Tuhan sangat kejam kepada kita karena permohonan kita dalam doa tidak terkabul. Atau mungkin kita ditinggalkan oleh seorang yang kita kasihi. Tetapi ingatlah teman-teman bahwa pikiran kita sangat terbatas. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi jika permohonan kita dikabulkan Tuhan. Hanya Tuhan yang mengetahui hal yang terbaik bagi kita. Percayalah bahwa Tuhan itu baik bagi kita. Percayalah bahwa KehendakNya adalah yang paling benar. OK .... GBU Friends
Thomas Setiawan(KMK UKP)
Hati yang Terindah
Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.
Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata " Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?". Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?
Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa " Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan". " Ya", kata pak tua itu, " hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.
Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"
Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.
Penterjemah: Markus
Being Exclusive Is Not The Answer
Suatu kali kami mengajak Yesus menonton pertandingan sepakbola di Old Trafford. Pada zaman dahulu olahraga bola kaki belum dikenal. Maka Yesus pun dengan bersemangat pergi menonton pertandingan bola tersebut bersama kami.
Waktu itu yang bertanding adalah Kesebelasan Katolik Vs Kesebelasan Protestan.
Pada menit-menit awal Kesebelasan Katolik mencetak gol. Yesus melompat-lompat kegirangan dan bersorak-sorai.
Tidak lama kemudian Kesebelasan Protestan mencetak gol sehingga menyamakan kedudukan 1-1. Yesus pun tak kalah gembira bersorak-sorai.
Kami heran dan bertanya kepada Yesus,"Bro, kenapa Bro bersorak-sorai ketika Kesebelasan Katolik dan Protestan membuat gol? Sebenarnya Bro memihak yang mana sih?"
Lalu dengan santainya Yesus menjawab,"Bro, Saya memihak keduanya karena keduanya bermain indah."
Kami heran tapi kami hanya diam sampai pertandingan usai.
Seusai pertandingan kami pun memberanikan diri bertanya kepada Yesus,"Bro, sebenarnya apa alasan Bro mendukung keduanya?"
Lalu Yesus menjawab,"Bro, Saya tidak memihak agama, tapi Saya memihak umat yang percaya dan melaksanakan ajaran Saya."
Sekali lagi kami terdiam dengan jawaban Yesus. Kami terdiam karena kami malu dengan keegoisan kami sendiri.
Teman-teman, kata "kami" dan "mereka" selalu menjadi kata-kata yang sensitif dalam kehidupan sosial kita karena dengan kata ini kita sering dikotak-kotakkan.
Kita sering merasa bahwa agama kita yang paling benar sehingga kita mengekskusifkan diri kita dari kehidupan sosial kita bersama orang lain.
Pada akhir minggu kitab suci ini, Yesus mengajarkan bahwa "Being Exclusive Is Not The Answer".
Mengeksklusifkan diri akan justru menghalangi kita berbuat lebih baik kepada banyak orang.
Buatlah hidupmu setiap hari menjadi saluran berkat Allah bagi siapa saja yang engkau temui, entah dia berbeda agama, berbeda suku dan lain-lain.
Jadilah selalu garam dan terang dunia.
Semoga...
Salam dan Doaku,
Christy Tarigan.
Ps: Renungan ini adalah cuplikan dari khotbah Rm.Agus,SJ hari Minggu 30 September 2012 di Gereja St.Antonius Kotabaru, Jogja.
Jumat, 07 September 2012
Selasa, 04 September 2012
KELUARGA ADALAH SEGALANYA by Romo Yos'Ivo OfmCap
Again... another sharing from my friend Chichi
Semua bergumam Lauren dan Lara adalah pasangan ideal dan serasi. Di samping paras mereka yang ganteng dan cantik, juga mereka telah mengecap dunia pacaran bertahun lamanya. Umur yang matang tentu menambah daftar keyakinan orang bahwa pasangan yang baru mengayuh bahtera keluarga (menikah) ini akan langgeng dan setia selamanya.
Benar bahwa semua atribut pujian yang dilontarkan banyak orang mereka miliki. Namun sebenarnya yang paling mempersatukan mereka ialah hati dan jiwa. Itu bukan berarti bahwa kenangan selama pacaran semuanya indah. Kadang kerikil tajam dan terjalnya jalan berliku mereka alami. Dan yang paling mengganjal mereka sampai sekarang ialah keluarga Lara tidak mendukungnya menikah dengan Lauren yang tidak seiman. Lara tetap yakin bahwa Lauren akan semakin beriman bahkan melebihi imannya sebagai katolik.
Lauren, pemuda ganteng ini memang bukan beragama katolik namun hasrat terdalam hatinya bersimpul di kaki sang Bunda Maria pemersatu keluarga Kristen, suatu hari akan terwujud. Ia mau menunjukkan kepada keluarga Lara bahwa ia tidak salah memilihnya sebagai suami dan pendamping hidupnya. Lauren, walau tidak beragama katolik tetapi ia yakin bahwa Lara adalah hadiah utuh dan sempurna dari Allah. Allah sendiri yang mempersatukan mereka, maka ia akan akan menjaga keluarganya tetap utuh dan abadi.
Tiga tahun telah berlalu, Lauren dan Lara dikarunai puteri mungil dan cantik. Seiring dengan itu, Lauren juga semakin semangat kerja di kantor. Pada suatu hari diadakanlah upacara meriah di kantornya dalam rangka pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian. Selesai upacara meriah itu, teman-temannya bertanya, “Lauren, selamat ya. Apa rencana kita hari ini? Barangkali teman-temannya ingin jalan, atau merayakan pesta selanjutnya. Namun Lauren mengatakan, “Saya mau pulang ke rumah.”
Karena jasa dan keuletannya kerja, perusahaan pun semakin berkembang pesat. Bosnya di kantor memujinya selangit. Bosnya bertanya, “Lauren, saya kagum dengan tanggung jawabmu terhadap perusahaan ini. Apakah ada permintaanmu? Lauren dengan lembut menjawab, “Terimakasih atas tawaran bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah” Pimpinannya semakin kagum atas komitmennya terhadap keluarganya. Pimpinannya itu sejenak merenungkan dirinya sendiri karena telah “melupakan” keluarganya karena karir dan kerja.
Pada suatu hari perusahaan mengutus Lauren mengikuti pertemuan antar kepala bagian di kota lain yang bertajuk professioanal dalam kerja selama dua minggu. Setelah pertemuan itu tuntas, bosnya menelepon dan memberitahu bahwa Lauren bisa mengambil waktu jalan-jalan di kota itu selama satu minggu. Lauren sekali lagi dengan sopan mengatakan, “Terimakasih atas kebaikan Bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah.” Pimpinannya itu semakin hari-semakin kagum dengannya. Ia kadang malu dengan dirinya. Sebagai bos itu masih harus belajar kepada Lauren bawahannya soal kesetiaan dan komitmen terhadap keluarga.
“Saya mau pulang ke rumah” ungkapan ini mengandung sejuta makna namun inti yang mau disampaikan oleh Lauren ialah, “Keluargaku adalah nomor satu. Keluargaku adalah terpenting. Karena merekalah saya semangat kerja. Karena isteri dan anak-anakkulah maka saya sukes dalam karir, karena itu kepada merekalah pertama-tama saya menceritakan kesuksesan dan keberhasilan saya. Dalam dan indah bukan ?
Para sahabatku terkasih dalam kerja, aktifitas dan kesibukanmu, apakah ada kerinduanmu untuk selalu pulang ke rumah? Kalau masih ada berbahagialah karena anda tetap memberi hati, pikiran dan jiwamu sama keluarga (isteri, suami dan anak-anakmu). Itu memberi indikasi bahwa keluarga memang penting dan nomor satu. Semua kerja dan karir, demi mereka karena itu kepada keluargalah kamu berbagi kegembiraan, kesedihan, dan semua variasi pengalaman hidup.
Belajarlah dari Lauren yang menempatkan keluarga sebagai yang utama dari pekerjaan. Ia bersyukur dengan pekerjaannya namun serentak dengan itu ia sadar bahwa pekerjaan juga bisa menjauhkan dia dari keluarganya sendiri. Maka Lauren tetap mengutamakan keluarga. Ia tidak mau sukses dalam karir tapi gagal dalam keluarga. Karena itu waktu yang tersisa untuk keluargamu persembahkanlah itu secara utuh kepada mereka.
Selamat malam, semoga bermanfaat bagi yang membaca. GBU All
Sabtu, 01 September 2012
Jumat, 31 Agustus 2012
Selasa, 21 Agustus 2012
YOU ARE DEAR TO HIM
He wants YOU!
He wants you OFTEN to come and talk heart to heart with Him, freely and spontaneously …
Your secrets, plans, ambitions,
Your surprises, joys, successes,
Your needs, doubts, worries,
Your burdens, faults and sorrows -
All are of keenest interest to His Sympathetic Heart!
Shut out the things around you and BE ALONE with Him for a little while each day.
Look at HIM with the eyes of faith.
Touch HIM as did the sick of Galilee.
Listen to HIM, for His Grace speaks to you in the depths of your soul.
You will notice the benefit this contact with JESUS will bring into your life.
PUT YOURSELF OUT TO VISIT HIM!
It is worth a little inconvenience ~ YES, the greatest inconvenience.
Our dear Lord is never outdone in generosity.
Your life will be happier and more abundantly blessed with the graces He will bestow upon you.
thank you for sharing it, haira! You are also dear to me...
He wants you OFTEN to come and talk heart to heart with Him, freely and spontaneously …
Your secrets, plans, ambitions,
Your surprises, joys, successes,
Your needs, doubts, worries,
Your burdens, faults and sorrows -
All are of keenest interest to His Sympathetic Heart!
Shut out the things around you and BE ALONE with Him for a little while each day.
Look at HIM with the eyes of faith.
Touch HIM as did the sick of Galilee.
Listen to HIM, for His Grace speaks to you in the depths of your soul.
You will notice the benefit this contact with JESUS will bring into your life.
PUT YOURSELF OUT TO VISIT HIM!
It is worth a little inconvenience ~ YES, the greatest inconvenience.
Our dear Lord is never outdone in generosity.
Your life will be happier and more abundantly blessed with the graces He will bestow upon you.
thank you for sharing it, haira! You are also dear to me...
Senin, 20 Agustus 2012
10 PELAJARAN UNTUK MEMBENTUK KELUARGA BAHAGIA Oleh P. Yos'Ivo OfmCap
Sharing from my friend Chichi... Salam..
Para sahabatku terkasih, saya pernah memberi 10
percik bijak dalam hidup perkawinan, kali ini saya memberi 10 “pelajaran” untuk
membentuk keluarga bahagia. Kedua permenungan ini kurang lebih sama muatan dan
juga sama tujuannya yakni keluarga yang kokoh karena adanya komitmen yang
dilandasi kasih Allah. Ini berlaku bagi yang akan dan sudah menikah.
1. Belajarlah untuk mengerti
Banyak orang mengatakan, “Saya sudah mengerti dirimu karena kita sudah
bersahabat sekian tahun.” Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena untuk
mengerti itu tidak pernah diukur oleh waktu. Muatan terdalam dari pengertian
ialah penerimaan segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Kalau kamu belum
mampu menerima dia apa adanya berarti anda mengerti siapa dirinya. Mengerti
berarti juga membiarkan pasanganmu menjadi dirinya sendiri dan jangan pernah
memaksa seperti dirimu.
2. Belajar untuk bertanya
Tahukah anda inti terdalam dari muatan “bertanya?” Itu bukan terutama
karena anda tidak mengerti suatu hal namun terutama anda mau bersapa dengan
dia. Berbicara dengan pasanganmu. Banyak pasangan miskin dalam hal ini. Mereka
berbicara hanya karena ada masalah. Kalau tidak ada masalah kamu berdua berdiam
rasa dan pikiran. Kalau anda rajin bertanya, dia yang kamu tanya pasti merasa
“berharga” karena dengan bertanya berarti anda menempatk dia sebagai orang yang
mampu memberi jawaban. Ini juga mengajak anda untuk terbuka satu sama lain.
3. Belajarlah memaknai hakekat cinta dan kasih
perkawinan
Saya pernah mengatakan jangan pernah katakan cukup untuk cinta karena
kamu dipanggil bukan untuk menambah yang satu menjadi dua tetapi sebaliknya
membuat yang dua menjadi satu. Untuk menjadi satu dengan yang kamu cintai atau
sempurna dalam bahtera keluarga perjuanganmu tidak akan pernah berakhir bahkan
selama hayat di kandung badan. “Karena itu mereka bukan lagi dua tetapi satu.
Apa yang telah dipersatukan oleh Allah janganlah diceraikan oleh manusia”
(Mateus 19:6).
Jangan juga pernah katakan kasih terlalu banyak
karena kamu dipanggil bukan untuk menambal sulam tetapi merajut dan mengikat.
Saat merajut dan mengikat kadang kamu sedih-senang, suka-duka, senyum-tertawa,
dan jatuh- bangun. Untuk mewujudkan kasih itu memang kesabaranmu diuji,
kemurahan hatimu ditantang, dan kelemahlembutanmu dimurnikan. “Kasih itu sabar,
kasih itu murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak kasar, tidak memaksa
orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri dst” (1 Korintus 13:4-5).
4. Belajarlah untuk mengalah
Kita sering mendengar kekerasan tidak akan mampu mengalahkan
kelemahlembutan. Terbukti batu yang keras akan hancur dengan tetesan air dan
api yang membara juga akhirnya tunduk dengan kuasa air. Sering terjadi masalah
makin berat karena kedua belah pihak tidak mau untuk mengalah. Dua-dua keras
kepala. Ingatah kalau satu mengalah dan diam pertengkaran dan permasalahan
akirnya akan reda. Hindarilah berbalas pantun membabi buta. Memang butuh
kesabaran dalam hal ini.
5. Belajarlah untuk rendah hati
Jangan pernah merasa diri tahu segalanya sehingga tidak membutuhkan
nasehat, bantuan, ide dari pasanganmu sehingga kamu tidak menghargai dia yang
telah menjadi partnermu.
6. Belajarlah untuk menghargai
Hargailah hasil usaha dan pekerjaan pasanganmu walau itu sederhana.
Ketika anda memberi pujian atas masakan, misalnya, kamu memberi pujian untuk
dirinya dan lain waktu dia akan semangat membuat yang terbaik. Sertakan
pasanganmu dalam setiap proyek hidup keluarga anda.
7. Belajarlah untuk menyapa
Satu senjata ampuh untuk menciptakan kehangatan dalam keluarga ialah
taburilah rumahmu dengan sapaan. Sapaan ini kesannya sepele namun sangat
bermakna. Rasa capek, bosan, ketegangan akan terusir dengan sikap ini.
Janganlah pelit dengan sapaan.
8. Belajarlah untuk selalu senyum
Senyum membuka dan menutup hari adalah symbol betapa damai dan sejuknya
hatimu. Kalau kamu senyum kepada orang lain berarti kamu ingin berbagi suasana
hatimu yang damai itu kepada dia. Dan ingatlah senyum tulus dan ikhas itu juga
akan mampu memberikan suasana sejuk dan damai untuknya.
9. Belajarlah untuk meminta maaf dan memaafkan
Maaf dan memaafkan adalah sikap luhur yang memberi ruang untuk
perdamaian. Tidak ada keluarga sempurna dan tidak ada juga manusia yang luput
dari kesalahan dan kekurangan. Ikutilah suara hatimu yang mengajakmu untuk
meminta maaf. Kalau kamu meminta maaf berarti kamu menyadari kesalahan dan
dengan itu kamu mau belajar. Belajarlah juga untuk memaafkan sebab dengan itu
kamu mengedepankan perdamaian dan dan menerima maafnya, dengan ini kamu berdua
sepakat meninggalkan rasa sakit hati dan menyongsong hari esok dengan penuh
kasih.
10. Belajarlah berpikir positif
Jangan terlalu suka dan gampang menuduh tanpa alasan atau hanya karena
mendengar saja. Pakailah sikap bertanya dengan lembut bila ada yang mengganjal
dalam hatimu.
Penutup
Perkawinan yang diberkati dalam Gereja adalah momen sejarah yang baru
bagi pasangan karena mereka mengikrarkan janji suci di depan Altar Tuhan di
hadapan pejabat Gereja, saksi dan umat beriman. Namun itu tidaklah menjamin
bahwa suatu perkawinan akan lepas dari masalah. Kebahagiaan juga tidak otomatis
menjadi milik mereka. Suami dan isteri masih harus tetap belajar dan belajar,
khususnya belajar 10 poin di atas. Dalam keluarga perlu tetap ada dialog dan
komunikasi yang berdasarkan pikiran positif, kelemahlembutan dan kerendahan
hati. Perjalanan suatu bahtera perkawinan akan kuat, teguh dan langggeng kalau
kedua belah pihak tetap mengedepankan “demi keluarga baik, utuh dan bahagia dan
bukan demi egoku dan egomu".
Langganan:
Postingan (Atom)