Again... another sharing from my friend Chichi
Semua bergumam Lauren dan Lara adalah pasangan ideal dan serasi. Di samping paras mereka yang ganteng dan cantik, juga mereka telah mengecap dunia pacaran bertahun lamanya. Umur yang matang tentu menambah daftar keyakinan orang bahwa pasangan yang baru mengayuh bahtera keluarga (menikah) ini akan langgeng dan setia selamanya.
Benar bahwa semua atribut pujian yang dilontarkan banyak orang mereka miliki. Namun sebenarnya yang paling mempersatukan mereka ialah hati dan jiwa. Itu bukan berarti bahwa kenangan selama pacaran semuanya indah. Kadang kerikil tajam dan terjalnya jalan berliku mereka alami. Dan yang paling mengganjal mereka sampai sekarang ialah keluarga Lara tidak mendukungnya menikah dengan Lauren yang tidak seiman. Lara tetap yakin bahwa Lauren akan semakin beriman bahkan melebihi imannya sebagai katolik.
Lauren, pemuda ganteng ini memang bukan beragama katolik namun hasrat terdalam hatinya bersimpul di kaki sang Bunda Maria pemersatu keluarga Kristen, suatu hari akan terwujud. Ia mau menunjukkan kepada keluarga Lara bahwa ia tidak salah memilihnya sebagai suami dan pendamping hidupnya. Lauren, walau tidak beragama katolik tetapi ia yakin bahwa Lara adalah hadiah utuh dan sempurna dari Allah. Allah sendiri yang mempersatukan mereka, maka ia akan akan menjaga keluarganya tetap utuh dan abadi.
Tiga tahun telah berlalu, Lauren dan Lara dikarunai puteri mungil dan cantik. Seiring dengan itu, Lauren juga semakin semangat kerja di kantor. Pada suatu hari diadakanlah upacara meriah di kantornya dalam rangka pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian. Selesai upacara meriah itu, teman-temannya bertanya, “Lauren, selamat ya. Apa rencana kita hari ini? Barangkali teman-temannya ingin jalan, atau merayakan pesta selanjutnya. Namun Lauren mengatakan, “Saya mau pulang ke rumah.”
Karena jasa dan keuletannya kerja, perusahaan pun semakin berkembang pesat. Bosnya di kantor memujinya selangit. Bosnya bertanya, “Lauren, saya kagum dengan tanggung jawabmu terhadap perusahaan ini. Apakah ada permintaanmu? Lauren dengan lembut menjawab, “Terimakasih atas tawaran bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah” Pimpinannya semakin kagum atas komitmennya terhadap keluarganya. Pimpinannya itu sejenak merenungkan dirinya sendiri karena telah “melupakan” keluarganya karena karir dan kerja.
Pada suatu hari perusahaan mengutus Lauren mengikuti pertemuan antar kepala bagian di kota lain yang bertajuk professioanal dalam kerja selama dua minggu. Setelah pertemuan itu tuntas, bosnya menelepon dan memberitahu bahwa Lauren bisa mengambil waktu jalan-jalan di kota itu selama satu minggu. Lauren sekali lagi dengan sopan mengatakan, “Terimakasih atas kebaikan Bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah.” Pimpinannya itu semakin hari-semakin kagum dengannya. Ia kadang malu dengan dirinya. Sebagai bos itu masih harus belajar kepada Lauren bawahannya soal kesetiaan dan komitmen terhadap keluarga.
“Saya mau pulang ke rumah” ungkapan ini mengandung sejuta makna namun inti yang mau disampaikan oleh Lauren ialah, “Keluargaku adalah nomor satu. Keluargaku adalah terpenting. Karena merekalah saya semangat kerja. Karena isteri dan anak-anakkulah maka saya sukes dalam karir, karena itu kepada merekalah pertama-tama saya menceritakan kesuksesan dan keberhasilan saya. Dalam dan indah bukan ?
Para sahabatku terkasih dalam kerja, aktifitas dan kesibukanmu, apakah ada kerinduanmu untuk selalu pulang ke rumah? Kalau masih ada berbahagialah karena anda tetap memberi hati, pikiran dan jiwamu sama keluarga (isteri, suami dan anak-anakmu). Itu memberi indikasi bahwa keluarga memang penting dan nomor satu. Semua kerja dan karir, demi mereka karena itu kepada keluargalah kamu berbagi kegembiraan, kesedihan, dan semua variasi pengalaman hidup.
Belajarlah dari Lauren yang menempatkan keluarga sebagai yang utama dari pekerjaan. Ia bersyukur dengan pekerjaannya namun serentak dengan itu ia sadar bahwa pekerjaan juga bisa menjauhkan dia dari keluarganya sendiri. Maka Lauren tetap mengutamakan keluarga. Ia tidak mau sukses dalam karir tapi gagal dalam keluarga. Karena itu waktu yang tersisa untuk keluargamu persembahkanlah itu secara utuh kepada mereka.
Selamat malam, semoga bermanfaat bagi yang membaca. GBU All
Tidak ada komentar:
Posting Komentar