Minggu, 30 September 2012

Jangan Hanya Melihat Dengan Mata


Dua malaikat yang sedang melakukan perjalanan ke luar kota, singgah pada rumah seorang yang kaya raya. Keluarga tersebut kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat tersebut tidur di dalam rumah besar mereka. Sebagai gantinya, mereka menyuruh kedua malaikat tersebut tinggal di gudang bawah tanah mereka yang dingin, kotor, tanpa pemanas. Ketika sedang menyiapkan tempat tidur mereka, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding, dan lalu memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya, malaikat yang tua itu menjawab: "Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya."
Malam berikutnya, kedua malaikat tersebut menginap di sebuah keluarga petani yang miskin, tetapi sangat ramah. Setelah berbagi makanan yang serba sedikit, pasangan petani tersebut mempersilahkan kedua malaikat tersebut tidur di tempat tidur mereka, sedangkan mereka sendiri tidur di lantai.
Ketika matahari muncul di ufuk timur keesokan paginya, mereka menemukan pasangan petani tersebut sedang menangis sedih. Ternyata, sapi yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka, yang memberikan susu setiap pagi, tergeletak mati di pinggir ladang mereka. Malaikat muda menjadi marah dan mencaci maki malaikat tua, katanya: "Mengapa engkau tega melakukan semua ini kepada mereka? Mengapa engkau membiarkan semua ini terjadi? Kemarin kita mendapat kesempatan untuk menginap di rumah seorang kaya raya. Kita dibiarkan tidur di gudang yang kotor dan dingin, tetapi kamu masih membantu mereka dengan memperbaiki dindingnya yang bolong. Malam ini kita menginap di rumah seorang petani miskin yang begitu ramah dan mau berbagi, tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu biarkan sapi yang merupakan satu-satunya sumber hidup, mati. Maumu apa, sih? "
Malaikat tua menjawab singkat: "Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya." Ketika malaikat muda mendesak untuk menjelaskan, malaikat tua berkata: "Waktu kita menginap di tempat orang kaya kemarin, aku melihat sebuah lubang di dinding. Di dalamnya ada kepingan emas. Tetapi karena orang kaya tersebut sangat tamak, tidak mau berbagi, dan tidak bisa ramah kepada orang lain, maka dinding tersebut kututup. Biar mereka tidak tahu dan tidak dapat mengambil emas tersebut. Lalu malam ini, ketika kita tidur di ranjang Pak Tani, dan mereka mengalah tidur di lantai, malaikat maut datang hendak mengambil isteri petani itu. Tetapi aku belokkan dan sebagai gantinya, malaikat maut itu mengambil sapi Pak Tani.

Tidak semua hal itu seperti bagaimana tampaknya. Terkadang kejadian di sekitar kita juga begitu. Jika kamu memiliki iman, kamu harus percaya bahwa semua hal merupakan keberuntunganmu, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. Orang yang datang dan pergi begitu saja dalam kehidupan kita, ada yang menjadi teman, dan ada pula yang tinggal hanya sekejap, tetapi meninggalkan kenangan manis dalam kehidupan dan hati kita. Dan kita tidak pernah menjadi sama, karena kita telah berteman dengan banyak orang" Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya

Kisah Pengaduk Besi dan Garam


Seorang pemulung berjalan-jalan ditengah tumpukan sampah. di tengah-tengah sampah tersebut ia menemukan sebuah pengaduk besi yang sudah tua dan berkarat. Sang pemulung kemudian memungut pengaduk besi tersebut dan kemudian meletakkannya di dalam tasnya. Kemudian ia pun berjalan lagi dan di dekat tempat ia menemukan pengaduk besi tadi, ia menemukan sebongkah garam dapur yang sudah sangat kotor. Garam tersebut kemudian ia pungut dan ia masukkan ke dalam tasnya juga. Di dalam tas si pemulung tersebut, Garam dan pengaduk besi menjadi akrab. Mereka saling mengenal dan mengasihi satu sama lain, saling berbagi rasa, dan saling sharring tentang perjalanan mereka selama ini. 
    Sesampainya di rumah, si pemulung mengamplas pengaduk besi yang ia temukan tadi sehingga mengkilap kemudian melumurinya dengan minyak dan meletakkannya di tempat perkakasnya. Sedangkan bongkahan garam dapur yang ia temukan ia bersihkan dari kotoran2 yang menempel padanya kemudian mencucinya sebentar dan meletakkannya di tempat bumbu dapur. 
    Pengaduk besi dan garam dapur sangat bersedih hati. Mereka yang sudah akrab merasa dipisahkan oleh si pemulung. Mereka menganggap si pemulung kejam karena telah memisahkan mereka. Dan mereka pun sepakat akan protes kepada si pemulung. 
    Akhirnya si pemulung mendengar protes kedua benda tersebut. Besi berkata “Tuanku, mengapa engkau memisahkan aku dari garam dapur. Ia sahabat sejatiku.” Garam dapur pun protes serupa : “Tidakkah sangat kejam tuan. Aku menyayangi pengaduk besi sahabatku. mengapa engkau memisahkan kami.” 
    Si pemulung menjawab mereka : “Hei pengaduk besi dan garam dapur. Tidak tahukah kalian bahwa jika kalian bersatu terlalu lama akan merusakkan satu sama lain. Tidak Tahukah kalian bahwa Garam dapur akan larut oleh uap air dan membentuk air garam. Air garam dapat bereaksi dengan besi dan menimbulkan karat kemudian karat itu akan mengotori kalian semuanya. Aku akan menyatukan kalian lagi saat aku memasak, kemudian aku akan membersihkan kalian lagi.” 

Renungan: 
Kisah garam dapur dan pengaduk besi ini adalah kisah perumpamaan tentang kehidupan kita sehari2. Mungkin kita merasa Tuhan sangat kejam kepada kita karena permohonan kita dalam doa tidak terkabul. Atau mungkin kita ditinggalkan oleh seorang yang kita kasihi. Tetapi ingatlah teman-teman bahwa pikiran kita sangat terbatas. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi jika permohonan kita dikabulkan Tuhan. Hanya Tuhan yang mengetahui hal yang terbaik bagi kita. Percayalah bahwa Tuhan itu baik bagi kita. Percayalah bahwa KehendakNya adalah yang paling benar. OK .... GBU Friends 
Thomas Setiawan(KMK UKP)

Hati yang Terindah


Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.
Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata " Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?". Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun  tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir,  bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?
Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa " Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan". " Ya", kata pak tua itu, " hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.
Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"
Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.
Penterjemah: Markus

Being Exclusive Is Not The Answer


Suatu kali kami mengajak Yesus menonton pertandingan sepakbola di Old Trafford. Pada zaman dahulu olahraga bola kaki belum dikenal. Maka Yesus pun dengan bersemangat pergi menonton pertandingan bola tersebut bersama kami.
Waktu itu yang bertanding adalah Kesebelasan Katolik Vs Kesebelasan Protestan.
Pada menit-menit awal Kesebelasan Katolik mencetak gol. Yesus melompat-lompat kegirangan dan bersorak-sorai.
Tidak lama kemudian Kesebelasan Protestan mencetak gol sehingga menyamakan kedudukan 1-1. Yesus pun tak kalah gembira bersorak-sorai.
Kami heran dan bertanya kepada Yesus,"Bro, kenapa Bro bersorak-sorai ketika Kesebelasan Katolik dan Protestan membuat gol? Sebenarnya Bro memihak yang mana sih?"
Lalu dengan santainya Yesus menjawab,"Bro, Saya memihak keduanya karena keduanya bermain indah."
Kami heran tapi kami hanya diam sampai pertandingan usai.

Seusai pertandingan kami pun memberanikan diri bertanya kepada Yesus,"Bro, sebenarnya apa alasan Bro mendukung keduanya?"
Lalu Yesus menjawab,"Bro, Saya tidak memihak agama, tapi Saya memihak umat yang percaya dan melaksanakan ajaran Saya."
Sekali lagi kami terdiam dengan jawaban Yesus. Kami terdiam karena kami malu dengan keegoisan kami sendiri.

Teman-teman, kata "kami" dan "mereka" selalu menjadi kata-kata yang sensitif dalam kehidupan sosial kita karena dengan kata ini kita sering dikotak-kotakkan.
Kita sering merasa bahwa agama kita yang paling benar sehingga kita mengekskusifkan diri kita dari kehidupan sosial kita bersama orang lain.
Pada akhir minggu kitab suci ini, Yesus mengajarkan bahwa "Being Exclusive Is Not The Answer".
Mengeksklusifkan diri akan justru menghalangi kita berbuat lebih baik kepada banyak orang.
Buatlah hidupmu setiap hari menjadi saluran berkat Allah bagi siapa saja yang engkau temui, entah dia berbeda agama, berbeda suku dan lain-lain.
Jadilah selalu garam dan terang dunia.

Semoga...

Salam dan Doaku,

Christy Tarigan.

Ps: Renungan ini adalah cuplikan dari khotbah Rm.Agus,SJ hari Minggu 30 September 2012 di Gereja St.Antonius Kotabaru, Jogja.


Selasa, 04 September 2012

Late Have I Loved You, Mama & Bapa

http://www.youtube.com/watch?v=g0sihX98mAw&feature=share

KELUARGA ADALAH SEGALANYA by Romo Yos'Ivo OfmCap

Again... another sharing from my friend Chichi


Semua bergumam Lauren dan Lara adalah pasangan ideal dan serasi. Di samping paras mereka yang ganteng dan cantik, juga mereka telah mengecap dunia pacaran bertahun lamanya. Umur yang matang tentu menambah daftar keyakinan orang bahwa pasangan yang baru mengayuh bahtera keluarga (menikah) ini akan langgeng dan setia selamanya.


Benar bahwa semua atribut pujian yang dilontarkan banyak orang mereka miliki. Namun sebenarnya yang paling mempersatukan mereka ialah hati dan jiwa. Itu bukan berarti bahwa kenangan selama pacaran semuanya indah. Kadang kerikil tajam dan terjalnya jalan berliku mereka alami. Dan yang paling mengganjal mereka sampai sekarang ialah keluarga Lara tidak mendukungnya menikah dengan Lauren yang tidak seiman. Lara tetap yakin bahwa Lauren akan semakin beriman bahkan melebihi imannya sebagai katolik. 

Lauren, pemuda ganteng ini memang bukan beragama katolik namun hasrat terdalam hatinya bersimpul di kaki sang Bunda Maria pemersatu keluarga Kristen, suatu hari akan terwujud. Ia mau menunjukkan kepada keluarga Lara bahwa ia tidak salah memilihnya sebagai suami dan pendamping hidupnya. Lauren, walau tidak beragama katolik tetapi ia yakin bahwa Lara adalah hadiah utuh dan sempurna dari Allah. Allah sendiri yang mempersatukan mereka, maka ia akan akan menjaga keluarganya tetap utuh dan abadi. 

Tiga tahun telah berlalu, Lauren dan Lara dikarunai puteri mungil dan cantik. Seiring dengan itu, Lauren juga semakin semangat kerja di kantor. Pada suatu hari diadakanlah upacara meriah di kantornya dalam rangka pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian. Selesai upacara meriah itu, teman-temannya bertanya, “Lauren, selamat ya. Apa rencana kita hari ini? Barangkali teman-temannya ingin jalan, atau merayakan pesta selanjutnya. Namun Lauren mengatakan, “Saya mau pulang ke rumah.”

Karena jasa dan keuletannya kerja, perusahaan pun semakin berkembang pesat. Bosnya di kantor memujinya selangit. Bosnya bertanya, “Lauren, saya kagum dengan tanggung jawabmu terhadap perusahaan ini. Apakah ada permintaanmu? Lauren dengan lembut menjawab, “Terimakasih atas tawaran bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah” Pimpinannya semakin kagum atas komitmennya terhadap keluarganya. Pimpinannya itu sejenak merenungkan dirinya sendiri karena telah “melupakan” keluarganya karena karir dan kerja.

Pada suatu hari perusahaan mengutus Lauren mengikuti pertemuan antar kepala bagian di kota lain yang bertajuk professioanal dalam kerja selama dua minggu. Setelah pertemuan itu tuntas, bosnya menelepon dan memberitahu bahwa Lauren bisa mengambil waktu jalan-jalan di kota itu selama satu minggu. Lauren sekali lagi dengan sopan mengatakan, “Terimakasih atas kebaikan Bapak, hanya satu permintaan saya, saya mau pulang ke rumah.” Pimpinannya itu semakin hari-semakin kagum dengannya. Ia kadang malu dengan dirinya. Sebagai bos itu masih harus belajar kepada Lauren bawahannya soal kesetiaan dan komitmen terhadap keluarga.

“Saya mau pulang ke rumah” ungkapan ini mengandung sejuta makna namun inti yang mau disampaikan oleh Lauren ialah, “Keluargaku adalah nomor satu. Keluargaku adalah terpenting. Karena merekalah saya semangat kerja. Karena isteri dan anak-anakkulah maka saya sukes dalam karir, karena itu kepada merekalah pertama-tama saya menceritakan kesuksesan dan keberhasilan saya. Dalam dan indah bukan ? 

Para sahabatku terkasih dalam kerja, aktifitas dan kesibukanmu, apakah ada kerinduanmu untuk selalu pulang ke rumah? Kalau masih ada berbahagialah karena anda tetap memberi hati, pikiran dan jiwamu sama keluarga (isteri, suami dan anak-anakmu). Itu memberi indikasi bahwa keluarga memang penting dan nomor satu. Semua kerja dan karir, demi mereka karena itu kepada keluargalah kamu berbagi kegembiraan, kesedihan, dan semua variasi pengalaman hidup. 

Belajarlah dari Lauren yang menempatkan keluarga sebagai yang utama dari pekerjaan. Ia bersyukur dengan pekerjaannya namun serentak dengan itu ia sadar bahwa pekerjaan juga bisa menjauhkan dia dari keluarganya sendiri. Maka Lauren tetap mengutamakan keluarga. Ia tidak mau sukses dalam karir tapi gagal dalam keluarga. Karena itu waktu yang tersisa untuk keluargamu persembahkanlah itu secara utuh kepada mereka.

Selamat malam, semoga bermanfaat bagi yang membaca. GBU All