Selasa, 19 Juni 2012

The difference between love and like


The Difference Between Love and Like...

In front of the person you love your heart beats faster
But in front of the person you like you get happy.

In front of the person you love winter seems like spring
But in front of the person you like winter is just beautiful winter.

If you look into the eyes of the one you love you blush
But if you look into the eyes of the one you like you smile.

In front of the person you love you can't say everything on your mind
But in front of the person you like you can.

In front of the person you love you tend to get shy
But in front of the person you like you can show your own self.

The person you love comes into your mind every 2 minutes
You can't look straight into the eyes of the one you love
But you can always smile into the eyes of the one you like.

When the one you love is crying you cry with them
But when the one you like is crying you end up comforting.

The feeling of love starts from the eye
And the feeling of like starts from the ear.
So if you stop liking a person you used to like
All you need to do is cover your ears,
But if you try to close your eyes
Love turns into a drop of tear and remains in your heart forever after.

Tuhan Itu Ada

    Ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun lalu di USC (University of Southern California). Di sana ada seorang profesor filosofi yang mengaku atheis. Tujuan utamanya selama kelas semester adalah berusaha membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Para mahasiswanya selalu takut untuk berargumentasi dengan dia karena logikanya yang sangat masuk akal.
                Telah 20 tahun berselang ia mengajar kelasnya dan tidak seorang pun berani menentangnya. Beberapa mahasiswa memang pernah mencoba, tapi tidak seorangpun berhasil karena reputasinya. Di akhir setiap semester, pada hari terakhir, dia selalu berkata di hadapan 300 orang mahasiswanya, "Bila ada yang masih percaya pada Yesus, silahkan berdiri!" Selama duapuluh tahun, tidak seorang pun yang berani berdiri. Mahasiswanya sudah tahu apa yang akan dilakukan profesor tsb selanjutnya. ia akan berkata, "Siapapun yang percaya pada Tuhan adalah seorang yang tolol. Bila Tuhan memang ada, Ia mampu memberhentikan kapur ini jatuh mengenai lantai dan tidak pecah. Contoh sederhana untuk membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan memang Ia tidak dapat melakukannya." Dan setiap tahun, profesor tersebut menjatuhkan kapur ke lantai dan kapur itu pecah menjadi ratusan potongan. Semua mahasiswanya tidak dapat berbuat apa-apa selain diam dan menyaksikannya. Kebanyakan mahasiswanya terlalu takut untuk berdiri.
                Beberapa tahun kemudian seorang mahasiswa muda mendaftarkan diri pada kelas profesor tsb. Ia adalah seorang Kristen dan sudah mendengar cerita tentang bakal profesornya. Ia wajib mengikuti kelas profesor tersebut dan dia merasa gentar menghadapinya. Untuk 3 bulan semesternya, ia berdoa setiap pagi supaya ia dimampukan untuk berdiri, apapun yang akan dikatakan profesor dan yang dipikirkan oleh rekan-rekannya. Tidak ada yang dapat melemahkan imannya, ia hanya berharap. Akhirnya hari terakhir itu tiba. Profesor tersebut berkata, "Bila ada di antara anda yang masih percaya pada Tuhan, silahkan berdiri." Profesor dan 300 orang mahasiswanya terkejut melihat seorang mahasiswa muda yang berdiri di bagian belakang kelas. Profesor tersebut berteriak,"Anda bodoh !!! Bila Tuhan benar-benar ada Ia akan mampu mencegah kapur ini pecah saat menyentuh lantai!"Ia bersiap melepaskan kapur yang dipegangnya.Tapi saat ia melepaskannya, kapur tersebut terlepas dari jarinya dan masuk ke lengan bajunya, meluncur terus ke celananya melewati kakinya hingga ke sepatunya. Saat menyentuh lantai kapur tersebut tidak pecah.
                Kesombongan profesor luluh saat ia melihat kapur tersebut. Ia menatap mahasiswa muda tadi dan segera lari dari ruangan kuliah. Mahasiswa yang berdiri tadi, berjalan ke depan kelas dan berbagi iman tentang Yesus selama 30 menit. Tiga ratus mahasiswa bertahan dan mendengarkan saat ia menceritakan kasih Tuhan untuk mereka dan KuasaNya melalui Yesus.

Kisah Terciptanya Sajak FootPrints

Tahukah anda cerita di balik terciptanya sajak ‘FOOTPRINTS’ (Telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul : Jejak – Jejak kaki)?
Sajak tersebut telah menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia. Namun tidak banyak orang mengetahui siapa pengarang sajak itu. Juga tidak banyak orang tahu apa latar belakang lahirnya sajak itu. Lebih-lebih lagi tidak banyak orang tahu bahwa sajak yang berjudul ‘Jejak’ (aslinya : ‘Footprints’) sebenarnya adalah buah pena masa berpacaran di suatu senja di tepi danau.
Pengarang sajak itu adalah Margaret Fishback, seorang guru sekolah dasar Kristen untuk anak-anak Indian di Kanada. Margaret sangat pendek dan kecil untuk ukuran orang Kanada. Tinggi badannya hanya 147 cm. Tubuhnya ramping dan wajahnya halus seperti anak kecil. Karena itu walaupun ia sudah dewasa dan sudah menjadi ibu guru ia sering diberi karcis untuk anak-anak kalau berdiri di depan loket atau kalau naik bis.
Margaret dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana hangat dan penuh kasih. Namun ada beberapa peristiwa yang terasa pahit dalam kenangan masa kecilnya. Yang pertama adalah pengalamannya ketika ia menjadi murid kelas satu sekolah dasar. Ia mempunyai kenangan buruk tentang gurunya. Margaret berlogat Jerman karena ayahnya berasal dari Jerman. Lalu tiap kali Margaret melafalkan sebuah kata Bahasa Inggris dengan logat Jerman jari-jari tangannya langsung dipukul oleh gurunya dengan sebuah tongkat kayu. Tiap hari jari-jari tangan Margaret memar kemerah-merahan.’Jangan bicara dengan logat Jerman. Pakai logat yang betul, kalau tidak ... !’ Itulah ancaman dan amarah yang didengar Margaret setiap hari. Dan ia sungguh takut. ‘Tiap hari aku berangkat ke sekolah dihantui oleh rasa takut. Aku heran mengapa aku dimarahi. Apa salahku ? Apa salahnya orang berbicara dengan logat Jerman ? Baru kemudian hari aku tahu bahwa pada waktu itu sedang berlangsung Perang Dunia II, sehingga orang Jerman dibenci di Amerika dan Kanada,’ ucap Margaret mengenang masa kecilnya.
Kenangan pahit lain yang diingat Margaret adalah tentang dua teman perempuannya di kelasnya. ‘Aku akrab dengan semua teman dan mereka senang bermain dengan aku, kecuali dua orang teman perempuan yang kebetulan berbadan besar. Kedua teman itu sering menjahati aku. Untung ada seorang teman laki-laki yang selalu melindungi aku. Namun pada suatu hari teman laki-laki itu tidak masuk ke sekolah. Lalu kedua teman perempuan yang berbadan besar itu menjatuhkan aku dan duduk di atas perutku sambil menggelitiki aku. Aku kehabisan nafas. Untung tiba-tiba ada orang yang lewat sehingga aku dilepas. Langsung aku lari ketakutan sampai aku jatuh dan pingsan. Selama beberapa hari aku terbaring sakit. Tetapi yang lebih parah lagi, selama beberapa bulan aku ketakutan,’ kenang Margaret.
Juga tentang masa dewasanya Margaret mempunyai pengalaman yang menakutkan. Pada suatu siang yang bercuaca buruk, ketika ia sedang mengajar di kelas, tiba-tiba jendela terbuka dan petir menyambar sekujur tubuh Margaret. Ia jatuh terpental di lantai. Setelah dirawat di rumah sakit, ia tetap mengidap penyakit yang tidak tersembuhkan. Urat syarafnya terganggu sehingga ia sering bergetar. Bukan mustahil semua pengalaman buruk itu turut mewarnai lahirnya sajak ‘Jejak’ ini, yang dikarang oleh Margaret ketika ia sudah mempunyai tunangan yang bernama Paul. Hari itu Margaret dan Paul berangkat menuju suatu tempat perkemahan di utara Toronto untuk memimpin retret. Di tengah perjalanan, mereka melewati danau Echo yang indah. ‘Mari kita jalan di pantai,’ usul Margaret. Dengan semangat mereka melepaskan sepatu lalu berjalan bergandengan tangan di pantai pasir.
Ketika mereka kembali dan berjalan ke arah mobil mereka, dengan jelas mereka mengenali dua pasang jejak kaki mereka di pasir pantai. Namun di tempat-tempat tertentu gelombang air telah menghapus satu pasang jejak itu. ‘Hai Paul, lihat, jejak kakiku hilang,’ seru Margaret. ‘Itukah mungkin yang akan terjadi dalam impian pernikahan kita? Semua cita-cita kita mungkin akan lenyap disapu gelombang air,’ lirih Margaret. ‘Jangan berpikir begitu,’ protes Paul. ‘Aku malah melihat lambang yang indah. Setelah kita menikah, yang semula dua akan menjadi satu. Lihat itu, di situ jejak kaki kita masih ada lengkap dua pasang.’ Mereka berjalan terus. ‘Paul, lihat, di sini jejakku hilang lagi.’ Paul menatap Margaret dengan tajam, ‘Margie jalan hidup kita dipelihara Tuhan.
Pada saat yang susah, ketika kita sendiri tidak bisa berjalan, nanti Tuhan akan mengangkat kita. Seperti begini...’ Lalu Paul mengangkat tubuh Margaret yang kecil dan ringan itu dan memutar-mutarnya. Malam itu setibanya mereka di tempat retret, Margaret yang adalah pengarang kawakan menggoreskan pena dan menuangkan ilham pengalamannya tadi di pantai. Kalimat demi kalimat mengalir. Dicoretnya sebuah kalimat, diubahnya kalimat yang lain. Ia berpikir, menulis, termenung, mencoret, menulis lagi, termenung lagi, mencoret lagi.......Seolah-olah bermimpi, dalam imajinasinya ia merasa berjalan bersama dengan Tuhan Yesus di tepi pantai. Ketika berjalan kembali ia melihat dua pasang jejak kaki, satu pasang jejaknya sendiri dan satu pasang jejak Tuhan. Tetapi... dan seterusnya. Margaret melihat lonceng. Pukul 3 pagi ! Cepat-cepat diselesaikannya tulisannya, lalu ia tidur. Keesokan harinya, begitu bangun, ia langsung membaca ulang tulisannya. Ah, belum ada judulnya. Margaret berpikir sejenak lalu membubuhkan judul ‘Aku Bermimpi’. Ia mengubah beberapa kata dan kalimat. Dan lahirlah sajak yang sekarang kita kenal dengan judul ‘Jejak’. Pada hari itu juga dalam kebaktian, sajak itu dibacakan Paul. Paul berkata, ‘... ada saat di mana kita merasa seolah-olah Tuhan meninggalkan kita. Musibah menimpa kita dan jalan hidup kita begitu sulit. Kita bertanya mengapa Tuhan tidak menolong kita. Sebenarnya Tuhan sedang menolong kita. Tuhan sedang mengangkat kita.’ Lalu Paul membacakan sajak karya Margaret :
One night I dreamed a dream.
I was walking along the beach with my Lord.
Across the dark sky flashed scenes from my life.
For each scene, I noticed two sets of footprints in the sand,
One belong to me and one to my Lord.
When the last scene of my life shot before me,
I looked back at the footprints in the sand.
There was only one set of footprints.
I realized that this was the lowest and the saddest times of my life.
This always bothered me and I questioned the Lord about my dilemma.
‘Lord, You told me when I decided to follow,
You would walk and talk with me all the way.
But I'm aware that during the most troublesome times of my life,
There is only one set of footprints.
I just don't understand why, when I need You most, You leave me.’
He whispered, ‘My precious child, I love you and will never leave you never, ever, during your trials and testings.
When you saw only one set of footprints,
It was then that I carried you.’
Seluruh peserta retret duduk terpaku mendengarnya. Mereka termenung menyimak kedalaman arti yang terkandung sajak itu. Sekarangpun tiap orang termenung setiap kali membaca sajak itu. Sajak itu mengajak kita menelusuri perjalanan hidup kita. Dalam perjalanan itu telapak kaki kita dan telapak kaki Tuhan Yesus membekas bersebelahan. Tetapi pada saat-saat dimana musibah menimpa dan perjalanan menjadi sulit serta berbahaya, ternyata yang tampak hanya telapak kaki Tuhan. Telapak kali kita tidak tampak, padahal telapak kaki Tuhan membekas dengan jelas. Mana telapak kaki kita ? Telapak kaki kita tidak ada, sebab pada saat-saat seperti itu kita sedang diangkat dan digendong Tuhan.

Renungan tentang Cinta


1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan.
Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah.
Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum,
karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Semoga kamu menemukan orang seperti itu.

2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang
sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata.
Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.

3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi.
Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan
dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati,
cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi,
pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia
dan uang yang cukup untuk membeli segala keperluanmu.

5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Tetapi acap kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat
pintu lain yang dibukakan bagi kita.

6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu,
tanpa mengucapkan sepatah katapun , dan kemudian kamu meninggalkannya
dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya,
tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita
miliki sampai kita mendapatkannya.

8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain.
Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hari orang lain pula.

9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan.
Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan.
Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan.
Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri,
dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan.
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.

11. Orang-orang yang paling berbahagiapun tidak selalu memiliki hal-hal terbaik,
mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah
sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu.

13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang,
sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang,
tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya,
mereka yang mencari dan mereka yang mencoba.
Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir
dalam hidup mereka.

15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah,
romantika dan masih tetap perduli padanya.

16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu
seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya
dan kamu harus melepaskannya.

17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh
dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan,
kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,
kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu,
tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk
mengutarakan cintamu kepadanya.

20. Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan.
Kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan
sakit hati di masa lalu.

21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kami masih mau mencoba,
jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup, jangan pernah mengatakan
kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak
dapat melupakannya.

22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu.
Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak,
berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar
dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya.
Namun demikian, janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang
yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum.
Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan
orang-orang di sekelilingmu menangis.


JADILAH DIRIMU SENDIRI


Bila engkau tak mampu menjadi pohon pinus di puncak bukit,
jadilah saja belukar di dasar lembah,
akan tetapi jadilah belukar yang terindah di sana.
Bila engkau tak kuasa menjadi belukar, jadilah saja sejumput rumput
dan perindahlah sepanjang tepian jalan raya.
Bila tak kuasa menjadi rumput kesturi, jadilah rumput ilalang, 
namun jadilah rumput ilalang yang terelok di tepian telaga.
Tidak semua dari kita adalah nahkoda.
Ada yang mesti bertindak sebagai awak kapalnya.
Ada tugas masing-masing yang harus ditunaikan.
Terdapat pekerjaan besar, terdapat pula yang kecil.
Tetapi tugas terdekatlah yang mesti segera dituntaskan.
Bila engkau tak mampu menjadi jalan raya, jadilah saja jalan setapak.
Bila engkau tak mampu menjadi matahari, jadilah saja bintang di langit.
Bukan besar atau kecil yang menbuat engkau menggenggam keberhasilan atau menangisi kegagalan.

Jadilah yang terbaik siapapun engkau adanya....

Kamu Berharga

Suatu ketika, ada seorang pembicara memulai kotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang baru. Trus dia bertanya "Siapa diantara kamu yang mau uang ini?"

Langsung aja pada mengangkat tangannya, banyak banget. Katanya lagi " Oke deh, ini bakal saya kasih, tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini". Si pembicara ngeremes uang kertas seratus ribu itu, jadi cuma sekuntel doang. Trus dia buka lagi ke bentuk semula : lembaran seratus ribu, tapi udah kucel banget. Lalu dia tanya " Siapa yang masih mau uang ini?" Tetep aja pada angkat tangan, sebanyak yang tadi.

"Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini". Dia ngejatuhin lembaran uang itu ke lantai, trus diinjek-injek pake sepatunya yang habis jalan di tanah becek sampe nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi" siapa yang masih mau?" Tangan-tangan masih aja terangkat. Masih sebanyak tadi.

"Nah, saudara-saudaraku, sebenernya kita udah mengambil satu nilai yang sangat berharga dari peristiwa tadi. Kamu semua masih mau uang ini walau bentuknya udah nggak karuan lagi. Udah jelek, kotor, lecek... tapi nilainya nggak berkurang : tetep seratus ribu rupiah.

Sama seperti kita. Walau kamu udah jatuh, tertimpa tangga pula... atau kamu gagal, nggak berdaya, terhimpit, atau dalam keadaan apapun, kamu tetep nggak kehilangan nilaimu..... karena kamu begitu berharga. Jangan biarkan kekecewaan, ketakutanmu menghancurkan kamu, harapanmu, atau cita-citamu. " Kamu akan selalu tetap berharga, Di mata Tuhan".